Program deep tunnel atau terowongan bawah tanah multifungsi,
banyak digunakan negara-negara untuk mengatasi banjir, termasuk
Malaysia. Namun dalam perkembangannya, deep tunnel Malaysia terbukti
tidak efektif mengatasi banjir ketika hujan lebat mengguyur negeri jiran
itu.
Tidak ingin seperti Malaysia, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengatakan proyek deep tunnel yang diagendakan pengerjaannya akhir Januari nanti, berbeda dengan Malaysia. Jokowi menyebut proyeknya jauh lebih maju ketimbang Malaysia.
"Ada
tambahannya, kalau di sana kan hanya untuk banjir dan tol. Kalau di
sini ditambah untuk utilitas yang lain, kabel telpon bisa masuk," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat (4/1).
Namun, tambahan sarana di deep tunnel itu dipastikan tidak gratis. Jokowi berencana mengkomersilkan kelebihan deep tunnel, untuk ditawarkan pada para investor.
"Tapi
sewa, mungkin listrik bisa masuk, sewa. Terus untuk air PDAM itu, pipa
itu bisa masuk ke sana, kemudian air limbah bisa masuk ke sana,"
lanjutnya.
menurut Jokowi,
mengatasi banjir di Jakarta ibarat berkejar-kejaran dengan waktu. Dari
78 titik rawan banjir yang tersebar di Jakarta saat ini, diprediksi tiap
tahunnya akan bertambah.
Untuk itu, banjir tidak bisa hanya di
atasi dengan mengandalkan pengerukan sungai atau penataan kampung di
bantaran sungai. Butuh banyak strategi untuk mengatasi persoalan menahun
warga Jakarta ini.
Dia menyebut penyebab banjir di Jakarta
lantaran kurangnya daerah resapan air. Ditambah lagi kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap kebersihan.
"Kalau diam saja, nanti tahun
depan pasti tambah tiga atau berapa lagi. Nah, kita kejar-kejaran dengan
itu. Yang lain dulu tidak pernah ada banjir, sekarang banjir,"
terangnya.