Stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik lokal
maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung
lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukan penyebab
selain daripada gangguan vascular. Gangguan peredaran darah otak dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup
besar akan mengakibatkan kematian sebagian otak (infark).
Patofisiologi Stroke
Tekanan
darah yang terlalu tinggi pada hipertensi dapat menyebabkan pembuluh
darah yang sudah lemah menjadi pecah (terjadi stroke) bila hal ini
terjadi pada pembuluh darah di otak maka terjadi perdarahan otak yang
dapat menyebabkan kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan
dari gumpalan darah yang macet dan pembuluh darah yang menyempit
(Sustrani, 2004).
Tanda dan Gejala Stroke
Menurut Soeharto (2002) menyebutkan bahwa tanda dan gejala dari stroke adalah sebagai berikut:
- Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu bagian tubuh, terutama di satu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
- Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian tubuh, terutama jika hanya salah satu sisi.
- Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi.
- Tidak mampu berbicara dengan benar atau memahami bahasa.
- Hilangnya keseimbangan, berdiri tak mantap atau jatuh tanpa sebab.
- Serangan sementara jenis lain, seperti vertigo, pusing bergoyang, kesulitan menelan, kebingungan akut atau gangguan daya ingat.
- Nyeri kepala yang terlalu parah, muncul mendadak atau memiliki karakter tidak lazim, termasuk perubahan pola nyeri kepala yang tidak dapat diterangkan.
- Perubahan kesadaran yang tidak dapat dijelaskan atau kejang.
Faktor Resiko Stroke
Stroke
dapat dicegah dengan memanipulasi faktor resiko baik individu maupun
komunitas seperti yang diungkapkan oleh Murni Indrasti (2004), faktor
resiko stroke antara lain:
Hipertensi
Hipertensi
merupakan faktor resiko mayor, baik stroke iskemik, perdarahan
subarachnoid. Hipertensi akan mempercepat aterosklerosis sehingga mudah
terjadi kolusi emboli pada pembuluh darah besar.
Penyakit Jantung
Penyakit
jantung koroner, penyakit jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri,
aritmia jantung dan terutama atrium fibrilasi merupakan faktor resiko
dari stroke, karena terdapat gangguan pemompaan atau irama jantung,
sehingga emboli yang berasal dari bilik jantung atau vena pulmoner dapat
menyebabkan terjadinya infark serebri yang mendadak.
Diabetes Mellitus
Merupakan
faktor resiko terhadap stroke iskemik dan bila disertai dengan
hipertensi resikonya akan menjadi lebih besar. Diabetes mempunyai
keseimbangan internal ke arah trombogenik. Suatu abnormalis sistem
hemostatik pada diabetes mellitus adalah hiperaktivitas trombosit.
Aterosklerosis
Adanya
manifestasi klinis dari aterosklerosis baik berupa angina pectoris,
bising arterikarotis, klaudikasio, intermitten merupakan faktor resiko
dari stroke.
Viskositas Darah
Meningkatnya
viskositas atau kekentalan darah baik disebabkan oleh karena
meningkatnya hematokrit dan fibrinogen akan meningkatkan resiko stroke.
Pernah stroke sebelumnya atau TIA (Transient Iscemia Attack)
Dari
semua penderita stroke 50% diantaranya pernah TIA. Beberapa laporan
menyatakan bahwa penderita dengan TIA kemungkinan 1/3 nya akan mengalami
TIA 1/3 tanpa gejala dan 1/3 akan mengalami stroke.
Peningkatan Kadar Darah Lemak
Ada
hubungan positif antara aterosklerosis serebrovaskular. Ada hubungan
positif antara kadar kolesterol total dan kadar trigliserida dengan
resiko stroke dan ada hubungan negatif antara meningkatnya HDL dengan
resiko stroke.
Merokok
Merupakan
faktor resiko stroke, resiko meningkat dengan banyaknya jumlah rokok
yang dihisap sehari. Dengan berhenti merokok resiko stroke akan menurun
setelah 2 tahun dan kemudian akan terus menurun setelah 2 tahun dan
kemudian akan terus menurun, setelah 5 tahun resiko akan sama dengan
bukan perokok.
Obesitas
Obesitas
sering dihubungkan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa dan
akan meningkatkan resiko stroke. Obesitas tanpa disertai hipertensi dan
DM (Diabetes Mellitus) bukan merupakan faktor resiko stroke yang
bermakna.
Alkohol
Minum
alkohol yang berlebihan merupakan faktor resiko untuk stroke iskemik
dan mungkin stroke hemoragik. Peminum alkohol yang berlebihan akan
meninggikan tekanan darah, kadar trigliserida, fibrilasi atrium,
paroksimal dan kardiomiopati.
Faktor resiko lainnya
Masih
banyak lagi faktor resiko yang telah diteliti usia lanjut dan jenis
kelamin pria juga merupakan faktor resiko yang independent dan
kemungkinan termasuk sebagai faktor resiko ialah: migren, status
ekonomi, kenaikan hematokrit, fibrinogen, diet tinggi natrium, diet
rendah kalium dan inaktifitas (kurang olahraga).
Klasifikasi Stroke
Stroke
dapat terjadi akibat iskemia karena aliran darah berkurang atau
berhenti pada sebagian pembuluh darah otak. Bila darah pasien kental dan
alirannya lambat, maka akan terbentuk bekuan. Trombosis atau bekuan
darah ini dapat membendung atau menghalangi aliran darah otak. Jika ada
bercak kerusakan pada dinding pembuluh darah atau atelosklerosis, maka
bekuan akan terbentuk pada bercak tersebut (Smeltzer, 2001).
Stroke
dapat terjadi akibat pecahnya suatu dinding pembuluh darah akibat
tekanan. Darah akan menyembur ke dalam otak dan menyebabkan meningkatnya
tekanan di dalam tengkorak yang dapat merusak otak.
Upaya untuk Pencegahan Serangan Stroke
Upaya-upaya
lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi serangan stroke pada
penderita hipertensi dengan cara sebagai berikut yaitu (Norjanto, 2000):
Olah raga yang teratur
Dengan
melakukan olah raga yang teratur dan dinamis dapat memperbaiki aliran
darah ke otot-otot dan memperbaiki metabolisme otot itu sendiri. Olah
raga yang tidak mengeluarkan banyak tenaga misalnya jalan kaki dengan
cepat, jogging dan bersepeda, yang memabantu terjadinya pelebaran
pembuluh darah sehingga tensi menjadi turun, sealin itu menambah
kesegaran dan kebugaran jasmani yang nanti akan meningkatkan daya tahan
tubuh penderita menghadapi serangan komplikasi penyakit hipertensi
antara lain stroke.
Diet yang rendah garam
Kemungkinan
terjadi stroke pada penderita hipertensi sangat tinggi bila penderita
mengkonsumsi garam dapur terlalu banyak. Orang yang normal biasanya
mengkonsumsi garam dapur antara lain 5-15 gram perhari. Pada penderita
hipertensi dianjurkan makan garam seminimal mungkin sekitar 2-3 gram
perhari mengurangi penggunaan garam baik dari garam dapur maupun bahan
adiptif seperti monosodium glutamat, natrium benzoat dan natrium
bikarbonat dapat mengurangi terjadinya serangan stroke karena
bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan terganggunya aliran darah dalam
otak dan dapat mengakibatkan stroke.
Perubahan pola hidup
- Mengurangi kegemukan --- Orang yang gemuk yang banyak mengkonsumsi kalori tinggi mempunyai resiko besar terjadi hipertensi dan akhirnya biasanya terjadi stroke. Dengan mengurangi berat badan dapat menurunkan tekanan darah dengan jalan mengurangi asupan kalori dengan makanan yang kandungan lemaknya rendah, gunakan susu krim untuk menambah kandungan protein dalam sereal dan sup dan tidak mengunakan santan.
- Authoterapi hipertensi --- Menanggulangi stroke pada pasien hipertensi bisa dilakukan dengan cara meditasi syaratnya harus dilakukan secara rutin, tanpa mengenal rasa bosan dan dalam waktu kurang lebih 3-4 bulan, meditasi ini dilakukan setiap hari kurang lebih 20 menit, boleh dilakukan pada pagi hari atau waktu luang.
- Hentikan kebiasaan merokok --- Pengapuran atau pengerasan pembuluh darah yang disebut aterosklerosis merupakan akibat pertama kali dari merokok, dan juga terjadi kurangnya volume pasca darah, rokok dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah 2-10 menit setelah dihisap. Karena merangsang saraf mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan pengerutan pembuluh darah sehingga tensi menjadi naik dan menyebabkan faktor resiko terjadi stroke.
- Memanajemen stress --- Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan tubuh kurang gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, fisik dan sosial mempengaruhi manusia menimbulkan stress dengan berbagai manifestasi diantaranya hipertensi dan dapat menyebabkan stroke. Hal ini dapat dicegah dengan cara berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan refresing dan dapat juga dengan mendalami agama dan berusaha menciptakan keluarga yang bahagia.